Setelah Timnas Vietnam Dihancurkan Timnas Malaysia, Mereka Mengincar Pemain untuk Dinaturalisasi
Sore itu, di Stadion Nasional Bukit Jalil, Malaysia, atmosfer begitu panas meski hujan baru saja reda. Sorak-sorai suporter tuan rumah menggema keras, seolah membentuk dinding suara yang menghantam mental para pemain Vietnam. Dan ketika peluit panjang dibunyikan, papan skor menyala terang: Malaysia 4, Vietnam 0.
Skor tersebut tidak hanya memupus harapan Vietnam untuk lolos ke Piala Asia 2027, tetapi juga menorehkan luka dalam di hati para pendukung setia mereka. Lebih dari sekadar kekalahan, laga itu menjadi cermin yang memantulkan kekhawatiran lama: apakah kualitas pemain Vietnam saat ini cukup untuk bersaing di Asia?
Pertanyaan itu bergema hingga ke ruang-ruang diskusi publik dan redaksi media nasional. Banyak yang merasa Vietnam mulai tertinggal dari rival-rivalnya di Asia Tenggara, terutama karena negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina kini semakin berani mengandalkan pemain naturalisasi untuk memperkuat tim nasional mereka.
Vietnam, yang selama ini bangga dengan identitas lokalnya, kini harus menghadapi realita baru. Dunia sepak bola semakin kompetitif, dan darah keturunan menjadi komoditas baru. Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) pun kini berada di bawah tekanan besar tekanan untuk berubah, untuk membuka pintu lebih lebar bagi pemain keturunan Vietnam yang tersebar di penjuru dunia.
Hingga saat ini, baru dua pemain keturunan yang membela The Golden Star Warriors: kiper Filip Nguyen dan bek kiri Jason Pendant Quang Vinh. Namun itu belum cukup. Media olahraga terkemuka Vietnam, Soha, menyoroti lima pemain lain yang berpotensi besar untuk dinaturalisasi dan memperkuat skuad masa depan. Siapa saja mereka?
1. Ibrahim Maza (Bayer Leverkusen)
Nama pertama datang dari klub raksasa Jerman, Bayer Leverkusen. Ibrahim Maza, gelandang muda penuh talenta, lahir dari ibu berdarah Vietnam dan ayah asal Aljazair. Ia telah bermain untuk tim nasional Jerman di kelompok usia muda, namun baru-baru ini memilih tampil bersama tim senior Aljazair.Meski begitu, aturan FIFA membuka celah: jika seorang pemain belum memainkan tiga pertandingan untuk tim nasional senior sebelum berusia 21 tahun, maka ia masih berhak mengganti kewarganegaraan sepak bola. Maza baru tampil sekali untuk Aljazair. Artinya, secara teknis, ia masih bisa memperkuat Vietnam.
Namun, peluang ini tidak datang tanpa tantangan. Soha menilai bahwa membujuk Maza akan sulit. Selain harus ada pendekatan emosional dan profesional, aspek finansial juga tak bisa diabaikan. Pemain sekelas Maza tentu memiliki banyak opsi, dan Vietnam harus menawarkan sesuatu yang benar-benar menjanjikan.
2. Kenneth Schmidt (Fortuna Düsseldorf)
Nama Kenneth Schmidt mencuat tinggi usai kekalahan dari Malaysia. Pemain belakang berusia 23 tahun itu baru saja menandatangani kontrak dengan Fortuna Düsseldorf, tim yang akan berlaga di Bundesliga 2 musim depan.Schmidt memiliki ibu berdarah campuran Vietnam dan Madagaskar. Transfernya dari SC Freiburg senilai €400.000 menunjukkan bahwa meskipun berkelas Eropa, nilai pasarnya masih terjangkau bagi standar sepak bola Asia Tenggara.
Menurut Soha, dengan perencanaan matang dan peta jalan karier yang jelas, Schmidt bisa dibujuk untuk mengenakan seragam Vietnam. Apalagi jika ia belum mendapatkan panggilan dari timnas Jerman, peluang itu terbuka lebar.
3. Chung Nguyen Do (Slavia Sofia)
Berbeda dari dua nama sebelumnya, Chung Nguyen Do memiliki darah Vietnam dari kedua orang tuanya, meski lahir dan besar di Bulgaria. Di usianya yang masih sangat muda, ia telah menembus tim utama Slavia Sofia dan tampil reguler sejak musim 2022/2023.Dengan talenta yang menjanjikan, Bulgaria kini mengincarnya untuk masuk ke skuad nasional. Ini menjadi alarm bagi VFF jika tidak segera bergerak, Vietnam bisa kehilangan salah satu prospek terbaik keturunan mereka.
Soha bahkan menyebut Chung sebagai sosok yang bisa “mengubah permainan” bagi tim nasional Vietnam. Kecepatan, teknik, dan visi bermainnya disebut melebihi rata-rata pemain lokal yang ada saat ini.
4. Tyler Crawford (Vancouver FC)
Nama Tyler Crawford mungkin masih terdengar asing di Asia, namun di Kanada, ia tengah naik daun. Bermain untuk klub Vancouver FC, bek sayap berusia 21 tahun ini telah membela timnas U-21 Kanada dan dikenal sebagai pemain bertahan dengan kecepatan luar biasa.Darah Jamaika dari ayah dan Vietnam dari ibu membuatnya menjadi salah satu target potensial VFF. Apalagi, ia secara terbuka menunjukkan kecintaannya pada tanah kelahiran ibunya dengan menampilkan bendera Vietnam dalam profil resminya.
Jika VFF mampu merangkulnya sejak sekarang, bukan tidak mungkin Crawford menjadi bagian dari tim yang tampil di SEA Games 2025 di Thailand.
5. Aymeric Faurand (Laval FC)
Di Prancis, seorang penyerang muda bernama Aymeric Faurand sedang menarik perhatian. Bermain di klub Laval FC yang berkompetisi di Ligue 2, ia berhasil menembus tim utama setelah mencetak 8 gol dalam 21 laga di tim muda.Dengan usia 21 tahun dan performa yang menjanjikan, Faurand sebenarnya memiliki peluang kecil untuk menembus timnas Prancis. Tapi di Vietnam, ia bisa menjadi bintang. Soha menyebut bahwa mencoba peruntungan bersama Vietnam bisa menjadi opsi menarik bagi sang pemain.
Momentum untuk Berbenah
Kekalahan telak dari Malaysia memang menyakitkan. Tapi di balik rasa sakit itu, ada kesempatan untuk tumbuh. Federasi Sepak Bola Vietnam kini memiliki tugas besar merumuskan masa depan sepak bola nasional di tengah arus globalisasi.
Membuka diri terhadap pemain keturunan bukan berarti kehilangan jati diri. Justru, itu bisa menjadi langkah untuk memperkuat fondasi, menyuntikkan kualitas baru, dan menginspirasi generasi muda lokal bahwa sepak bola Vietnam juga bisa mendunia.
Dan siapa tahu, suatu hari nanti, salah satu dari lima nama di atas akan berdiri tegak di lapangan, membawa bendera merah dengan bintang emas di dada mewakili bukan hanya darah, tapi juga pilihan dan kebanggaan.
Post a Comment