Deretan Pelatih Sepak Bola yang Bergelar Doktor Kehormatan, termasuk Pep Guardiola
Di balik sorak-sorai di stadion, strategi di ruang ganti, dan kemenangan di papan skor, terkadang dunia sepak bola menghadirkan momen yang lebih dari sekadar pertandingan. Senin pagi yang cerah di tanggal 9 Juni 2025 menjadi salah satu momen itu ketika seorang maestro lapangan hijau, Pep Guardiola, mengenakan toga akademik, bukan jaket olahraga.
Di Whitworth Hall yang megah, Universitas Manchester menganugerahkan gelar doktor kehormatan kepada pria yang selama sembilan tahun terakhir telah membentuk bukan hanya gaya bermain Manchester City, tetapi juga turut mewarnai semangat dan budaya Kota Manchester.
“Terima kasih kepada Universitas Manchester atas momen ini. Dan tentu saja, terima kasih kepada semua orang di Manchester City atas dukungan yang luar biasa selama ini,” ucap Pep dalam pidatonya yang sederhana namun penuh makna. Kata-katanya mungkin singkat, tapi sorot matanya penuh rasa syukur.
Dalam dunia yang sering diwarnai persaingan sengit dan tekanan tanpa henti, kisah seperti ini mengingatkan kita bahwa kontribusi seorang pelatih tidak hanya diukur dari jumlah trofi di lemari, tapi juga dari jejak yang ditinggalkan di masyarakat.
Namun Pep bukan satu-satunya pelatih sepak bola yang pernah menerima kehormatan akademik setinggi itu. Mari kita telusuri kisah-kisah inspiratif lainnya. Kisah para pelatih yang tidak hanya mencetak sejarah di lapangan, tapi juga meninggalkan warisan di luar garis putih stadion.
1. Gary Neville: Dari Bek Kanan ke Bangku Kehormatan
Legenda Manchester United ini menghabiskan seluruh kariernya di Old Trafford, mempersembahkan delapan gelar Liga Primer, tiga Piala FA, dan dua trofi Liga Champions. Tapi lebih dari itu, ia adalah sosok yang memandang masa depan sejak dini.
Saat masih bermain, Neville sudah mulai membangun kerajaan bisnis. Ia mendirikan Sekolah Bisnis Salford dan berkolaborasi dengan rekan-rekannya dari Angkatan 92 sekelompok pemain muda United yang kini menjadi investor di berbagai sektor, termasuk membangun Hotel Football dan membeli klub Salford City FC.
Universitas melihat hal ini sebagai contoh nyata dari keberlanjutan kontribusi. Neville bukan hanya membangun di atas lapangan, tapi juga di dunia nyata, membuktikan bahwa bek kanan bisa juga menjadi arsitek masa depan olahraga.
2. Roy Hodgson: Guru yang Kembali ke Almamater
Sejak awal karier kepelatihan di klub Swedia, Halmstad, hingga membawa Timnas Swiss ke Piala Dunia 1994 dan Euro 1996, Hodgson telah menjelajahi berbagai belahan dunia sepak bola. Ia membawa Malmo meraih lima gelar berturut-turut di Swedia, melatih Inter Milan hingga ke Final Piala UEFA, dan bahkan membawa Fulham ke final Liga Europa.
Di Inggris, ia dipercaya memimpin tim nasional, sempat membawa mereka ke peringkat tiga dunia, sebuah pencapaian yang patut dikenang. Gelar kehormatan itu bukan hanya bentuk apresiasi akademik, tapi pengakuan atas ketekunan seorang pelatih yang memulai segalanya dari bawah dan mencapai puncak dengan penuh integritas.
3. Pitso Mosimane: Semangat Afrika yang Mendunia
Memulai karier sebagai pemain di Jomo Cosmos, Mosimane merantau hingga ke Belgia, Yunani, dan Qatar, sebelum mengenakan seragam Bafana Bafana. Tapi perjalanan terbesarnya dimulai saat ia menjadi pelatih.
Di balik keberhasilan membawa Mamelodi Sundowns dan Al Ahly menjuarai berbagai turnamen, Mosimane punya satu misi yang lebih besar: membangun fondasi sepak bola Afrika. Pada 2022, ia mendirikan Sekolah Sepak Bola Pitso Mosimane, dengan tujuan mencetak generasi baru yang tak hanya bisa bermain, tapi juga berpikir secara taktis dan profesional.
Dalam pidato penerimaannya, Mosimane berkata, “Momen ini merupakan bukti perjalanan luar biasa yang telah saya lalui, yang dibentuk oleh kekuatan pendidikan dan permainan sepak bola.”
4. Kieran McKenna: Muda, Tajam, dan Naik Kelas
McKenna, yang sebelumnya merupakan pelatih tim utama di Manchester United, memegang kendali Ipswich Town sejak 2021. Keberhasilannya bukan sekadar soal promosi, tapi tentang bagaimana ia membentuk tim yang percaya diri, efisien, dan menyenangkan untuk ditonton.
Universitas Suffolk mengakui bahwa McKenna mewakili semangat kepemimpinan muda yang inovatif dan inspiratif.
5. Sir Alex Ferguson: Sang Profesor Lapangan
Dalam 26 tahun kepemimpinannya di Manchester United, Ferguson bukan hanya memenangkan 38 trofi termasuk 13 Liga Inggris dan dua Liga Champions tapi juga mencetak budaya juara yang masih diwariskan hingga kini.
Ferguson dikenal sebagai manajer yang juga seorang mentor, guru, dan psikolog. Ia mengajarkan pentingnya kerja keras, disiplin, dan keberanian mengambil risiko pelajaran yang berlaku di lapangan, ruang kuliah, maupun dunia nyata.
Sepak Bola, Lebih dari Sekadar Permainan
Melihat daftar nama-nama ini, satu hal menjadi jelas: sepak bola bukan hanya tentang menang dan kalah. Di tangan orang-orang seperti Guardiola, Neville, Hodgson, Mosimane, McKenna, dan Ferguson, sepak bola menjadi kendaraan untuk perubahan sosial, pendidikan, dan inspirasi.
Gelar doktor kehormatan yang mereka terima bukan hanya untuk torehan di papan skor, tetapi juga untuk dedikasi membangun, mendidik, dan meninggalkan warisan. Dan seperti yang ditunjukkan oleh Pep Guardiola di Whitworth Hall sepak bola, jika dimainkan dengan hati, bisa menjadi ilmu yang sangat bermakna.
Post a Comment