Asli! Ternyata Wataru Endo yang Berminat Jersey Beckham Putra
Langit di atas Suita City Stadium sore itu tampak teduh, seolah menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar pertandingan sepak bola. Suasana di dalam stadion menggema oleh sorak-sorai pendukung tuan rumah yang tak sabar menyaksikan laga terakhir Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Di sisi lain lapangan, Skuad Garuda datang dengan harapan, meski sadar mereka menghadapi salah satu kekuatan terbesar di benua ini: Jepang.
Bagi Beckham Putra, gelandang muda Timnas Indonesia, pertandingan ini bukan hanya soal hasil akhir atau statistik. Ini adalah panggung besar, tempat di mana ia bisa menguji kemampuannya di hadapan para pemain elite Asia, bahkan dunia. Namun tak pernah ia duga, di tengah atmosfer penuh tekanan dan hasil yang menyakitkan, ia akan mendapatkan salah satu kenangan paling berharga sepanjang kariernya.
Indonesia memang harus mengakui keunggulan Tim Samurai Biru. Skor akhir 6-0 bukan hanya angka, tapi gambaran tentang perbedaan level yang masih harus dijembatani. Tim asuhan Patrick Kluivert terlihat berusaha keras, namun Jepang bermain seperti mesin yang tak kenal lelah—disiplin, tajam, dan sangat efisien.
Namun, di balik kekalahan telak itu, Beckham Putra menemukan momen kecil yang tak ternilai. Ia mendapatkan kesempatan yang mungkin tak banyak pemain bisa alami: bertukar jersey dengan Wataru Endo, gelandang andalan timnas Jepang yang juga bermain untuk klub Premier League ternama, Liverpool.
Usai laga, ketika peluit panjang telah ditiup dan para pemain mulai saling menyapa serta memberi selamat, Endo berjalan menghampiri Beckham. Bukan sebaliknya. Pemain yang dikenal sebagai kapten elegan di lapangan itu ternyata sudah menyimpan niat sejak babak pertama.
“[Bertukar jersey dengan] Endo jadi pengalaman bagus buat saya. Dia adalah juara Liga Primer, itu jadi pengalamanan yang luar biasa buat saya,” kata Beckham, masih dengan rona tak percaya di wajahnya saat diwawancarai.
Yang membuat momen ini lebih spesial adalah kenyataan bahwa Endo sendiri yang membuka percakapan.
“Saya sempat ngobrol juga di pertandingan sama Endo. Endo sempat tanya ke saya, ‘Apa betul Anda namanya Beckham?’” kenangnya sambil tertawa kecil.
Nama “Beckham” memang bukan nama asing di dunia sepak bola. Tak heran jika Endo sedikit terkejut mendapati ada seorang pemain muda Indonesia yang memakai nama legenda Inggris itu.
“Ya, betul,” jawab Beckham saat itu, mencoba tetap tenang meskipun hatinya berdebar.
Lalu, Endo memberikan tawaran yang membuat sang pemain muda nyaris tak percaya dengan pendengarannya.
“‘Oke, nanti kalau Anda mau jersey saya, boleh. Nanti kita tukar jersey saja. Mau di babak pertama atau di babak kedua?’ kata dia ke saya,” lanjut Beckham.
Jawaban Beckham pun spontan, namun penuh perhitungan.
“Saya bilang, ‘Babak kedua saja,’ karena saya kebetulan ingin punya jersey putih yang lengan panjang. Jadi saya tukar di babak kedua.”
Percakapan yang tampak ringan itu, sesungguhnya adalah potongan kecil dari interaksi antar dua pemain dengan latar belakang sangat berbeda, namun terhubung oleh semangat sepak bola yang sama. Beckham, seorang anak muda dari Bandung yang tumbuh besar dengan impian besar, tiba-tiba mendapati dirinya diakui oleh pemain sekelas Endo, yang beberapa bulan lalu baru saja mengangkat trofi bersama Liverpool.
Tidak semua pemain muda memiliki pengalaman seperti ini. Bahkan, tidak semua pemain senior pun bisa bertukar jersey dengan bintang dunia, apalagi ketika sang bintanglah yang memulai inisiatif.
Lebih dari sekadar sepotong kain, jersey itu kini menjadi simbol penghargaan. Simbol bahwa apa pun hasil pertandingan hari itu, ada sesuatu yang lebih dari sekadar skor. Ada pengakuan, ada kenangan, dan yang paling penting, ada semangat untuk terus maju.
Bagi Beckham, ini adalah pengingat bahwa ia berada di jalur yang tepat. Bahwa di balik semua perjuangan, latihan keras, tekanan mental, dan kritik yang tak pernah berhenti, masih ada momen-momen magis yang bisa menguatkan langkah.
Sementara itu, skuad Indonesia kini bersiap untuk mengevaluasi diri. Kekalahan dari Jepang menjadi bahan pelajaran penting, terutama bagi pelatih Patrick Kluivert yang baru beberapa bulan memegang kendali. Namun di antara sorotan dan kritik yang mungkin menghujani, kisah kecil antara Beckham dan Endo menyiratkan sesuatu yang lebih dalam—bahwa sepak bola, sesakit apa pun hasilnya, selalu punya ruang untuk harapan dan mimpi.
Dan mungkin, suatu hari nanti, Beckham Putra akan kembali ke stadion besar lain di dunia. Tapi kali ini, bukan untuk bertukar jersey, melainkan untuk menjadi bintang yang memberikan jerseynya kepada pemain muda lain yang mengaguminya.
Sebuah siklus yang abadi dalam dunia sepak bola—dan semuanya dimulai dari momen tak terduga di Suita City Stadium.
Post a Comment