TIMNAS Malaysia Berambisi Saingi TIMNAS Indonesia dengan Mengincar Pemain Keturunan
Tim nasional Malaysia sedang menjalani fase transisi besar dalam upaya memperkuat skuad mereka di kancah internasional. Selama bertahun-tahun, strategi utama Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) adalah menaturalisasi pemain asing yang telah bermain cukup lama di kompetisi domestik. Namun, kini terjadi perubahan paradigma. FAM mulai menjajaki opsi yang lebih ambisius, yaitu merekrut pemain-pemain diaspora atau asing yang memiliki kualitas tinggi dan berkarier di luar negeri.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Keberhasilan Indonesia dalam meramu kekuatan baru lewat pemain-pemain diaspora yang berpengalaman di liga-liga elite Eropa menjadi inspirasi kuat. Nama-nama seperti Jay Idzes dan Kevin Diks telah memberi dampak besar terhadap performa Timnas Indonesia, baik secara teknis maupun mentalitas bertanding. Fenomena itu membuka mata FAM untuk mengikuti jejak serupa.
Salah satu langkah paling mencolok dalam strategi baru ini adalah naturalisasi Facundo Garces. Pemain bertahan berusia 25 tahun ini saat ini bermain untuk Deportivo Alaves di La Liga, Spanyol. Sebelumnya, ia menjadi andalan Colon di Argentina dan dikenal sebagai bek tangguh dengan visi permainan yang cerdas. Perekrutan Garces menandai titik balik dalam kebijakan naturalisasi Malaysia, dari yang dulunya memprioritaskan pemain lokal menjadi kini mengincar talenta berkelas dunia.
Kebijakan naturalisasi yang sebelumnya dijalankan cenderung menghasilkan pemain dari kompetisi lokal. Beberapa contoh adalah Sergio Aguero (bukan yang dari Argentina), Natxo Insa, dan Romel Morales. Meski mereka turut menyumbang performa positif, kontribusi mereka dinilai belum cukup membawa Malaysia melaju jauh dalam persaingan tingkat Asia. Inilah yang membuat FAM memutuskan untuk meningkatkan standar kualitas pemain naturalisasi.
Kini, Malaysia tidak ingin tertinggal dari rival-rival regional seperti Indonesia, Thailand, maupun Vietnam yang terus berkembang. Oleh karena itu, FAM memilih pendekatan agresif dengan merekrut pemain-pemain dari luar negeri yang sudah terbukti kualitasnya. Tujuannya jelas: menciptakan kombinasi yang solid antara pemain lokal potensial dengan pemain naturalisasi yang memiliki pengalaman internasional.
Tidak hanya Garces, FAM juga telah menyiapkan daftar pemain lain yang sedang dalam proses naturalisasi. Para pemain ini dipilih berdasarkan performa mereka di klub luar negeri dan kemampuan mereka untuk memberi nilai tambah langsung kepada tim. Berikut lima pemain kunci yang menjadi bagian penting dari revolusi ini:
1. Facundo Garces (25 tahun)
Sebagai pemain belakang yang kini membela Deportivo Alaves, Garces membawa pengalaman berharga dari salah satu liga paling kompetitif di dunia. Keunggulan fisik, kemampuan membaca arah serangan lawan, dan ketenangannya dalam duel membuatnya kandidat ideal untuk memimpin pertahanan Harimau Malaya. Ia diharapkan bisa mengangkat standar lini belakang tim yang selama ini masih dianggap kurang solid ketika menghadapi tim-tim besar Asia.
2. Rodrigo Holgado (29 tahun)
Penyerang asal Argentina ini mencetak 17 gol dalam 44 pertandingan untuk CD America, membuktikan dirinya sebagai predator ulung di lini depan. Holgado memiliki gaya bermain yang agresif dan naluri mencetak gol yang tinggi—dua atribut yang sangat dibutuhkan oleh Malaysia yang selama ini kekurangan striker murni yang konsisten. Dengan pengalaman di klub-klub seperti San Lorenzo dan Gimnasia La Plata, Holgado diyakini bisa menjadi ujung tombak andalan jika proses naturalisasinya tuntas.
3. Imanol Machuca (25 tahun)
Machuca adalah winger kanan eksplosif yang bermain untuk Velez Sarsfield di Argentina. Meskipun statistiknya belum terlalu mencolok, performanya di lapangan menunjukkan kecepatan, keberanian, dan kreativitas tinggi dalam menggiring bola dan menciptakan peluang. Gaya bermainnya yang langsung dan agresif sesuai dengan kebutuhan Malaysia untuk meningkatkan ketajaman di sektor sayap yang selama ini masih kurang menggigit.
4. Jon Irazabal (28 tahun)
Berbeda dari pemain lain, Irazabal sudah bermain di Liga Malaysia bersama Sabah FC sejak musim 2022/2023. Namun, baru belakangan ini ia masuk dalam radar naturalisasi. Sebagai pemain yang dapat bermain di dua posisi—bek tengah maupun bek kiri—dan dengan latar belakang di akademi Eibar, ia dikenal fleksibel dan memiliki disiplin taktis yang tinggi. Keunggulannya dalam duel udara serta pengalaman bermain di Spanyol menjadi nilai tambah yang bisa memperkuat kedalaman skuad Harimau Malaya.
5. Hector Hevel (29 tahun)
Hevel menjadi salah satu pemain yang sudah merasakan atmosfer membela Timnas Malaysia, debutnya terjadi pada Maret 2025. Gelandang serang ini pernah bermain untuk Timnas Belanda U-20 dan memiliki latar belakang akademi sepak bola Belanda yang terkenal melahirkan pemain-pemain cerdas secara taktik. Hevel dikenal sebagai playmaker modern yang mampu menjadi penghubung antara lini tengah dan lini depan dengan umpan-umpan akurat serta visi bermain yang matang. Ia bahkan pernah bermain bersama Denzel Dumfries di level junior, yang menunjukkan kualitas lingkungan tempat ia berkembang.
Kehadiran lima pemain ini mencerminkan niat besar Malaysia untuk bertransformasi menjadi kekuatan baru di Asia Tenggara, bahkan di tingkat Asia. Kebijakan merekrut pemain yang aktif di liga-liga luar negeri juga menunjukkan bahwa Malaysia tidak hanya mencari paspor asing, tetapi juga kualitas dan pengalaman tinggi. Ini tentu akan berdampak pada pola permainan tim yang akan lebih kompetitif, terstruktur, dan siap bersaing dengan negara-negara kuat lainnya.
Penting untuk dicatat bahwa proyek naturalisasi ini bukan sekadar soal mencari pemain asing yang bisa dimainkan, tetapi bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan level sepak bola nasional. Dengan membangun tim yang terdiri dari pemain lokal potensial dan pemain naturalisasi yang berkualitas, Malaysia berharap dapat lolos ke turnamen-turnamen besar seperti Piala Asia secara konsisten, bahkan membuka peluang menuju Piala Dunia di masa depan.
Transformasi ini tentu tidak lepas dari tantangan, baik dari sisi regulasi, adaptasi budaya pemain, hingga penerimaan publik. Namun, jika dijalankan secara terstruktur dan profesional, Malaysia bisa menjadi contoh baru bagaimana program naturalisasi bisa menjadi alat pembangunan sepak bola nasional yang berkelanjutan
Post a Comment